Kamis, 20 Mei 2010

Tumor Kandungan


•Metaplasi: perubahan suatu jenis jaringan dewasa menjadi jaringan lain yang juga dewasa
• Displasi: perubahan kearah kemunduruan pada sel dewasa
• Regularitas inti menghilang
• Besarnya sel tak beraturan
• Inti sel membesar
• Kadang-kadang mitosis
• Anaplasi: sel dewasa berubah menjadi sel yang lebih primitif
• Ciri tumor ganas
• Perubahan tidak reversibel
• Bentuk, ukuran, kwalitas kromatin, jumlah mitosis berubah

Tumor ovarium

• Tumor non neoplastik : Tumor akibat radang, Tumor lain (kista follikel, kista korpus luteum, Stein Levental/polikistik ovarii)
• Tumor neoplastik : jinak/ganas
• Kistik/solid

• Tumor jinak kistik:
• Kistoma ovarii simpleks
• Kistoma ovarii serosum
• Kistoma ovarii musinosum
• Kistoma dermoid

• Tumor jinak padat
- Fibroma ovarii
- Tumor sisa adrenal

Gejala dan tanda
• Sebagian besar akibat pertumbuhan, aktifitas endokrin atau komplikasi tumor tersebut.
• Akibat pertumbuhan:
• Benjolan perut, tekanan akibat tumor pada vesika urinaria (gangguan miksi), gastrointestinal (tak nafsu makan, rasa sesak, obstipasi), edema pada tungkai.
• Akibat aktifitas hormonal jarang pada tumor jinak. Tumor sel granulosa hipermenorea.
• Akibat komplikasi: Perdarahan kedalam kista, Torsi (putaran tangkai), Infeksi tumor (bersumber appendisitis, salfingitis), Robekan dinding kista (torsi, trauma), Perubahan keganasan (Kista sebelum menarche / > 40 tahun), Sindroma Meigs fibroma ovarii, ascites dan hidrotoraks

Kista non neoplastik
• Kista follikel
• Berasal dari follikel de Graaf yang tak berovulasi
• Kista korpus luteum
• Normal: corpus luteum corpus albicans
• Kadang-kadang mempertahankan diri (sering terjadi perdarahan).
• Dapat menimbulkan gangguan haid (amenorea, perdarahan tak teratur)

• Kista teka lutein pada mola, koriokarsinoma
• Kista Stein Leventhal (PCO)
• Infertilitas, amenorea/oligomenorea sekunder, kadang-kadang obesitas, hirsuitisme 95%) dan kedua ovarium membesar
• Tomor ovarium neoplastik jinak
• Kistoma ovarii
• Kista bedinding, berisi cairan, dapat monolokuler atau multilokular, dapat bertangkai.

Gejala:
• Pertumbuhan
• Akibat hormonal
• (maskulinovoblastoma)
• Keganasan(pertumbuhan papiller, proliferasi dan stratifikasi epithel, anaplasi dan mitosisi pada sel)

Kista dermoid
• Teratoma kistik yang jinak (adanya rambut, epithel kulit, gigi, lemak tulang rawan, jaringan ikat dsb)
• Dapat berubah ganas berasal dari element terutama ektodermal (struma ovarium, kistadenoma ovarii, koriokarsinoma)

Tumor padat ovarii
• Fibroma ovarii
• Permukaan tidak rata, konsistensi keras.
• Terdiri jaringan ikat, jaringan kolagen dan kadang ada degenerasi hialin.
• Sering ditemukan sindrom Meigs (tumor padat ovarii, ascites dan hidrothorax)
• Penanganan
• Pengangkatan tumor

Mioma uteri
• Neoplasma jinak
• Asal dari miometrium dan jaringan ikat fibromioma, leiomioma, fibroid
• Insidensi: 2-11% deari kasus ginekolog

Berdasar letaknya:
• Mioma submukosa__> bertangkai menjadi polip keluar serviks mioma geburt
• Mioma intramural
• Mioma subserosa

Pengaruh Mioma uteri dan kehamilan
• Infertilitas
• Abortus meningkat
• Gangguan letak
• Gangguan kemajuan persalinan
• Gangguan kontraksi inersia, perdarahan post partum
• Gangguan involusi

Pengaruh Kehamilan terhadap mioma

• membesar lebih cepat
Torsi: Degenerasi merah ok nekrosis gangguan vaskularisasi

Therapi:tanpa pengobatan  evaluasi tiap 3-6 bulan
• Operatif:Mioma geburt ekstirpasi
• Miomektomi
• Histerektomi

Komplikasi
Degenerasi ganas Leiomiomasarkoma(0,3 – 0,6% dari mioma)
• Curiga jika: Cepat membesar, Saat menopause tetap terjadi pembesaran, Torsi, Mioma bertangkai, Sindroma akut abdomen
Gejala:
• 50% tak bergejala
• Perdarahan abnormal
• Hipermenorea
• Menoragia
• Metroragia
 hiperplasi endometrii. Permukaan endometrium menjadi luas, kontraksi tak optimal
• Nyeri
• Ok. Gangguan sirkulasi, nekrosis, peradangan, distensi jaringan sekitar
• Gejala penekanan
• Vesika urinaria poliuria, retensi urine, rektum obstipasi
• Infertilitas dan abortus

Tumor ganas wanita

TUMOR JINAK TUMOR GANAS
Ekspansif
Tak menyebar
Tak residif
Pertumbuhan lambat Infiltratif
Metastasis
Residif
Pertumbuhan cepat

Efek tumor pada penderita
• Karena posisi tumor menekan jaringan sekitar destruksi jaringan
• Komplikasi: Perdarahan, Torsi
• Produksi hormon

Faktor prognostik
 Derajat/stadium tumor
 Penyebaran tumor
 Patologi anatomi
 Keterlibatan limfonodi

Carcinoma cervix uteri
• Urutan pertama di Indonesia
• Usia terbanyak 45-50 tahun
• Faktor risiko
• Coitarche <= 16 tahun ( 5x dibanding 24 th)
• Tingginya paritas
• Jarak persalinan pendek
• Aktifitas seksual berganti pasangan
• Suami tak disunat
• HPV 16 dan 18
• Merokok
• Sosek rendah

Deteksi dini/Prevensi: Pap smear atau IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat Serviks)
• Patologi
• 90% jenis squamosa dan 10% adenocarcinoma
• Metaplasia squamosa pada columnar juction atypia (nucleus berbeda dg sel normal, sitoplasma mengecil)–. Displasia carcinoma insitu carcinoma

Cara pemeriksaan IVA
• Posisi litotomi
• Pasang spekulum cocor bebek kering tanpa pelumas
• Sumber cahaya lampu sorot 100 watt, kearah liang vagina
• Membasahi permukaan serviks dengan larutan asam asetat 5% selanjutnya dengan mata telanjang dilihat perubahan yang terjadi pada serviks:
• Negatif: tidak terdapat epithel putih pada daerah transformasi
• Positf: terdapat epithel putih pada daerah transformasi

Gejala dan tanda
• Keputihan berbau busuk (vaginal discharge)
• Contact bleeding
• Perdarahan spontan
• Anemia
• Penyebaran jauh  gagal ginjal, obstruksi usus, obstruksi traktus urinaria

Penanganan
• Operatif
• Radiotherapi
• Kemoterapi

CARCINOMA OVARII
• 20 % keganasan alat treproduksi
• Deteksi dini sangat sulit
• Faktor risiko; Diet, Pemakaian talk, familial

Gejala dan tanda
• Akibat pertumbuhan tumor:
• Benjolan, nafsu makan menurun, menekan kandung kencing, rasa penuh diperut, mual muntah, nyeri perut, acsites dan perdarahan
• Akibat aktifitas hormonal
• Akibat komplikasi: Perdarahan, Torsi, Infeksi

Penanganan
• Pengangakatan massa tumor dan alat genital
• Kemoterapi
• Radioterapi

CARCINOMA CORPUS UTERI
Faktor risiko: DM, Hipertensi, Obesitas, Nullipariti/ infertility, Early menarche dan late menopause, Estrogen pada menopause

Gejala
 Perdarahan perimenopause
 Rasa nyeri dan kontraksi rahim
 Penekanan karena pembesaran rahim



Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah Kehamilan dg implantasi tidak pada tempat yg normal (diluar endometrium kavum uteri)
• Lokasi: tuba Fallopii (97%)
• Uterus (kanalis servikalis, kornu):1%
• Ovarium :1%
• Abdominal:1%
• Frekwensi: 1:300
• Morbiditas dan mortalitas meningkat
• Fertilitas selanjutnya menurun hamil kembali 60%

Etioligi
 PID, kerusakan mukosa
 Kelainan bawaan tuba
 Operasi plastik tuba
 Opearsi pelvis sebelumnya, termasuk appendiktomi

Gejala dan tanda
• Klasik
• Nyeri perut dan pelvis
• Amenorea
• Perdarahan pervaginam
• Gejala subyektif kehamilan
• Nyeri bahu
• Syok

• Tanda vital: Tensi menurun, Nadi meningkat
• Abdomen kaku, distensi, nyeri tekan
• Pemeriksaan pelvis; Nyeri tekan serviks (slinger pain) bila digerakan
• Forniks posterior menonjol
• Teraba massa adneksa
Kelainan Kongenital

Tambah Gambar
• Tidak banyak dijumpai• Manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh
• Penyebab pasti tidak diketahui, diduga ada penyimpangan kromosom, pengaruh hormonal, lingkungan endometrium kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat, infeksi khususnya TORCH.
Jenis kelainan vulva
• Himen imperforata
• Gambaran klinik manifestasi tak tersalurnya darah menstruasi, molimina menstrualia
• Hematokolpos: Terjadi timbunan darah di vagina, Himen kebiruan dan menonjol
• Hematometra: Timbunan darah dirahim, Terasa sesak, dismenorea, Teraba benjolan supra simfisis
• Hematosalping: Timbunan darah di tuba, Darah dapat mencapai kavum abdomen, Therapi: Himenektomi (cross incision)
• Atresia kedua labium minus
• Hipertrofi labium minus kanan/kiri

Kelainan kongenital vagina

• Vagina terbentuk dari duktus Muller dann berkembang jadi vagina bagian atas. Vagina bagian bawah terbentuk dari kloaka membentuk saluran kemih, lubang vagina dan lobang anus.
• Jenis kelainan kongenital: Septum vagina akibat kegagalan menghilangkan penyekat dari duktus Muller, Problem muncul saat persalinan
• Atresia vagina: Kegagalan perkemabangan duktus Muller, Vagina tak terbentuk dan lobang vagina hanya lekukan kloaka.
• Kelainan perineum- tidak mempunyai anus

Uterus dan tuba Fallopii
• Kelaianan bawaan timbul ok gagal dalam pembentukan duktus Muller:
• Uterus unikornis mempunyai satu tanduk serta satu tuba, umumnya satu ovarium dan satu ginjal
• Bila kedua duktus Mulleri tak terbentuk tak mempunya vagina, uterus, tuba, kecuali 1/3 vagina bawah.
• Gangguan dalam fusi
• Uterus septus/subseptus satu uterus 2 rongga
• Utreus didelphys uterus 2 bag terpisah,
• 2 vagina
• Uterus dengan 2 tanduk masing-masing 1 kavum uteri, tuba dan ovarium
ABORTUS


Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu hidup diluar rahim (< pengguguran="aborsi="abortus" kriminalis=" aborsi="pengguguran"> 30X/mt)

Perdarahan hebat
• Perdarahan banyak merah, segar dengan/tanpa bekuan
• Darah membasahi pakaian, kain, selimut dsb
• Pucat (konjuctiva, palpebra, tangan dan bibir)
• Pusing, kesadaran menurun

INFEKSI / SEPSIS
• Demam tinggi (>38 C), menggigil, berkeringat
• Sekret vaginan berbau
• Kaku dan tegang pada dinding perut bawah
• Cairan mukopurulen melalui ostium serviks
• Nyeri goyang serviks

Protokol syok hipovolemik
• Kemungkinan penyebab
• Perdarahan
• Sepsis
• Dehidrasi
• Reaksi vaso-vagal (neurogenik)
• Periksa tanda vital, tentukan jenis dan derajat syok
• Pucat (konjunctiva, telapak tangan)
• Turunnya tekanan darah (<90/60mmHg atau tak terukur)
• Nadi cepat dan tegangan nadi kurang
• Pernafasan cepat, dangkal, tidak teratur atau tidak dapat dihitung
• Gelisah, setengah sadar atau tidak sadar
• Produksi urin menurun (< 30 ml/ jam)

Penanganan awal
• Bebaskan jalan nafas
• Berikan oksigen 6-8 lt/mt
• Infus NaCl isotonis atau RL 100 ml dalam 20 menit pertama, 500 ml pada 20 menit kedua, kemudian 40-60tts/mt, pantau cairan masuk keluar, perhatikan kelebihan cairan. Umumnya syok hipovolemik membutuhkan 3 lt.
• Jangan berikan sesuatu melalui mulut
• Konsentrasi Hb< 8 gr% atau Hmt< 20% perlu transfusi
• Setelah stabilisasi pasien, infus sementara dilanjutkan, pantau tanda vital, produksi urin, segera lakukan evakuasi kavum uteri.

Penanganan syok septik
• Riwayat perdarahan yang lama (lebih 7 hari)
• Upaya abortus provokatus atau trauma organ genital
• Demam
• Nyeri perut bawah, spasme
• Terapi inisial
• Bebaskan jalan nafas
• Berikan oksigen 6 – 8 l/mt
• Berikan cairan NaCl isotosis atau RL perinfus 1000/20 menit pertama, kemudian 500/20 menit kedua. Pemberian lanjutan40- tts/mt (tgt derajat syok dan hasil restorasi awal). Umumnya diperlukan 1500-3000ml
• Jangan berikan sesuatu peroral
• Hb < 8gr% atau Hmt < 20% transfusi darah
• Bila setelah restorasi belum ada perbaikan berikan dopamin awal 2,5 mikrogram /kgbb dalam larutan isotosis naikan perlahan hingga ada respon tanda vital dan produksi urin
• Antibiotika (kombinasi 3 golongan)
• Ampicillin 1 gr, Gentamicin 80 mg, Klindamisin 600 mg setiap 8 jam
• Sefalosporin 1 gr, Gentamisin 80 mg dan Mettronidazol 1 gr per 8jam
• PPC 4,8 jt unit, Kloramfenikol 500 mg per 6 jam.
ANEMIA PADA IBU HAMIL




Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN.
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.

SIMPULAN
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

* Sohimah, S.ST : Staf Pengajar Prodi DIII Kebidanan STIKES Al-Irsyad

KEPUSTAKAAN
Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari, 2006.
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP